Jumat, April 26, 2013

Hujan, Senja dan Aku

Mungkin kau akan menganggap aku wanita yang aneh bila kukatakan aku teramat memuja senja kelabu yang dibungkus hujan. Atau kau tepatnya akan bertanya, sebesar apa aku mencintai langit pucat yang mendung itu.

Teduh. Damai. Tentram. Aku tak tahu mengapa perasaan itu datang setiap kali hujan turun.
Menatap kelabunya langit sudah cukup membuatku telah bercerita banyak tentang apa yang kupikirkan. Semakin kelabu, semakin semua kepenatanku terasa terbawa bersama gelapnya langit.

Hujan. Dinginnya tetesan-tetesan kristal itu akan membuatku merasakan sejuk. Sejuk sampai ke hati. Seperti pendingin otomatis. Langsung saja, saat hatiku berantakan--tepat seperti sekarang ini, hujan selalu datang membawa kesejukan. Saat senandung hujan lamat-lamat menelusup ke daun telinga, sesegera itu pula nyanyian itu mendinginkan hati dan menenangkan.

Lalu bagaimana dengan senja?
Senja selalu sempurna menutup hari. Saat matahari segera  turun dari singgasananya. Saat matahari berhenti berkuasa dan berhenti menyiksa ubun-ubunmu. 

Senja. Saat kau mengucap sepotong kalimat yang membuatku kukuh bertahan.
"Aku mencintaimu" Katamu. 

Senja dan Hujan. Bukankah tepat mengenang seluruh masa itu, dan membiarkannya secara perlahan luruh bersama hujan dan senja yang murung.

;)

0 comments:

Posting Komentar

 
A Walk to Remember Blogger Template by Ipietoon Blogger Template