Sabtu, Desember 29, 2012

Sayang

Sayang,
di sudut mana hati untukku kau tinggalkan hingga kau lupa menemuku di senja yang dulu kau janjikan.
Kau tahu, surat yang berisikan janji-janjimu masih tersimpan rapi di bagian dalam dompetku
Ku bawa kemanapun aku melangkah,
Agar kau tahu, tak sekalipun aku melupakan janji itu,
tak sekalipun aku tak bersamamu.

Sayang, mengapa semua janji yang kau tabur ada tinta merah muda kesayanganku terasa mendebarkan
Terkadang keyakinan ku akan janji-janji itu goyah oleh mimpi-mimpi yang mematahkan semangatku.
juga oleh cemooh mereka yang mengatakan aku adalah seorang pembual.

Sayang,
Kakiku gemetr
tak menemu pijakan kokoh untuk aku bisa berdiri tegar
apakah mereka benar tentang mu
aku tak ingin percaya..

pENGECUT

Aku terlalu pengecut untuk berlari dan menghilang

Jumat, Desember 28, 2012

Secarik surat untukmu


Dear kakak ku sayang,
          Bisakah kau hitung kebersamaan kita sampai hari ini? Kakakku sayang, sudah hampir 3 tahun kita selalu bersama, mengenal satu sama lain, berusaha menyatukan benang persahabatan yang entah dari mana asalnya. Kau menyatakan diri sebagai saudaraku, yang pada awalnya tak dapat ku terima. Karena bagiku-saudara itu adalah orang yang notabene sedarah denganku.
Tapi, persaudaraan, persahabatan dan perhatian yang kau berikan membuatku sungguh memandangmu sebagai kakakku. Kau  kakakku-setara dengan kakak kandungku, meski secara hukum tak dapat disamakan begitu.
          Kakakku sayang, bagiku kau adalah orang yang sempurna. Wanita kuat, tegar atau bila  kau tak berkeberatan, bisa ku katakan perkasa. Kau cukup kuat menghadapi masalah keluargamu yang bagiku teramat rumit, Belum lagi masalah tugas akhirmu yang belum menemukan ujung penyelesaian, ditambah lagi kami, adik-adikmu yang teramat manja dan tidak mengerti posisi dan keadaanmu.
          Bagiku, kau cukup menjadi teladan untuk semua tindak-tandukmu. Bukan hanya tentang cara bicara, berpakaian atau emosimu dan bahkan pergaulanmu bagiku semuanya luarbiasa sempurna. Kau tepat sebagai pemimpin, tepat sebagai mahasiswa, dan tepat sebagai kakak.
          Kakak ku yang memang manis, ada pertanyaan yang mungkin akan menggelitikmu. Mengapa kau sekuat itu?  Pantaskah aku menanyakan ini, karena aku sendiri tahu jawabannya.
          Sering kali kekuatanmu, menjadi momok yang menghantuiku. Memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya menjadikanku atheis.
          Kakakku, banyak hal yang tidak kau ketahui tentang ku yang sesungguhnya sering membuatku terluka dan merasa bersalah terhadapmu. Aku tak sebaik yang kau pikirkan, aku tak seturut apa yang engkau bayangkan. Seringkali apa yang kau katakan bertolak belakang dengan akal pikirku. aku bukan seperti Dina yang bisa dengan gamblang mengungkapkan isi pikirannya atau seperti Santi yang bisa menolak dengan ringan jika sesuatu tak berkenan dengan jalan pikirnya. Aku butuh menimbang apakah itu pantas untuk diucapkan atau tidak, atau pantas dilakukan atau tidak. Terlebih semua itu bersangkutan denganmu. Aku tak ingin melukai perasaanmu apalagi sejak kau merangkulku saat aku menangis. AKu sungguh berjanji tak ingin melukai perasaanmu.
          Karena itu, sering kali aku iri dengan Dina dan Santi yang bisa berorasi seturut dengan akal pikir mereka yang terkadang ku benarkan dalam hatiku, namun ku ungkapkan berbeda dengan ucapanku yang benar. Tapi pergolakan dalam hatiku cukup kuat bermain hingga sering membuatku menangis sendiri.
          Kakakku, maaf melanggar janji ku untuk tidak membuatmu terluka. Keputusanku menjadI PKK membuatku tak tenang sampai sekarang. Sering kali aku mempertanyaakan mengapa hal itu ku lakukan sementara tidak ada ketulusan dalam hatiku. Aku bukan orang yang mudah untuk berbagi dengan orang yang baru saja ku kenal, atau orang yang mau membujuk seseorang. Aku lebih senang membiarkan seseorang berjalan dengan akal pikirnya dan menjalani hidupku sendiri. Aku mencintai kesunyian. Aku mencintai kesendirian, dan menjadi PKK sungguh mengusik ketenanganku. Jika boleh, aku tidak ingin melakukan ini. Sungguh.
          Maaf mengusikmu dengan ini. Sering aku bertanya, pernahkah kau jatuh cinta-lagi setelah menjadi PKK? Pernahkah kau merasakan debaran dan letupan kecil di hatimu bila seorang pria menyatakan perasaannya padamu? Mengapa kau cukup tenang dan bersikap pasrah tentang seseorang yang tak perlu ku sebutkan yang dengan tangan terbuka bisa kau maafkan dan bersikap biasa saja. Mengapa bisa? Atau selama ini kau meredamnya dan mengabaikannya demi rasa tanggung jawabmu sebagai PKK? Kakakku, bukan bermaksud untuk menjengkalimu, hanya kau wanita, tidakkah terluka?
          Tidakkah letupan-letupan di hatimu itu yang membuat hidupmu lebih bermakna? Krena bagiku debaran itu merupakan anugerah dan aku menikmati tiap letupan yang singgah dalam hatiku. Kadang aku bertanya mengapa kau cukup datar merasakannya atau akukah yang terlalu berlebihan memaknainya.
          Kakakku, aku sekarang sedang merasakan letupan itu. Kau sudah berulang kali menasehatinya kepadaku. Dan aku menahan rasa cukup lama untuk itu. Dan tak dapat ku pungkiri masih ada rasa rindu hingga kini yang membuat ku terkadang merasa menyesal tidak menerima pernyataan cintanya dulu. Hingga saat ini ada rasa kecewa dalam benakku, kakak, mengapa alurnya harus seperti ini. Aku membenci bagian ini. Terlalu melukaiku.
Lalu kakakku sayang, apakah seorang PKK diwajibkan harus bertindak spertimu? Karena aku yakin aku tak bisa menjadi pemimpin sesempurnamu. Dan aku tak punya keinginan sama sekali sepertimu.
Kakakku sayang, maaf semua ini mungkin cukup mengagetkanmu. Pernah aku berpikir untuk pergi-menjauh dan menyendiri. Tapi ini akan berakibat fatal untuk santi dan Dina. Bukan aku menganggap aku adalah tonggak di kelompok kecil kita. Hanya saja hal ini kemungkinan besar akan terjadi.
Jujur, aku semakin berubah sejak mengenalmu, sejak ikut melayani, namun tak urung pula aku bertanya, benarkah aku  berubah? Karena aku masih mencintai kesendirian dan kesunyianku. Karena aku masih mencintai Kealpaanku hadir di tengah-tengah orang banyak. Dan aku mendapati diriku kehilangan jati diriku yang sesungguhnya, aku lupa membedakan mana aku yang berpura-pura dan mana aku yang sesungguhnya.
Kakakku, bukan aku bermaksud untuk meniadakan kebersamaan kita selama ini. Bukan aku menyesali pertemuan yang terjalin antara kita. Hanya aku tak tahu, apakah jalan yang ku jalani ini benar adanya yang ku inginkan. Karena rasanya topeng ku semakin sulit untuk ku lepaskan. Aku lelah memakainya, namun enggan melepaskannya.
Kakakku sayang, terlalu banyak aturan yang membuatku terantuk dan menjadi batu sandungan untuk kehidupanku sendiri. Kini aku bimbang. TAK DAPAT MENIKMATI SEMUA YANG KU LAKUKAN. Bukan aku tak berusaha. Aku berkorban besar untuk semua perubahan ini. Aku membunuh banyak hal yang ingin kulakukan dan berjuang menemukan kebenaran. Namun, semakin aku berjalan, semakin aku buta. Semakin aku lupa. Kakakku, maaf, semua ini akan mengingkari janji ku untuk tidak melukaimu. Semua ini akan membuatmu tersakiti. Maaf aku bukan orang yang engkau maksud dalam bayanganmu.
Aku justru lebih buruk dari Dina dan Santi. Kealpaanku memberi  kabar hanya ingin mengetahui apa yang sesungguhnya ku pikirkan. Dan hingga kini aku tak menemukannya.
Bahkan, natal ini tak dapat ku maknai dengan indah. Entah mengapa ada rasa kurang dan menjadikannya menjadi hal yang biasa saja.
Kakakku, Kau cukup kaget? Aku juga. AKu kaget bisa mengungkapkan pikiranku sebanyak ini. Setelah membaca ini, pernahkah kau terpikir mengapa pernah bertemu orang aneh sepertiku? Mungkin hal yang wajar karena aku pun takut pada diriku yang tak ku kenali ini. Kakakku sayang, Banyak hal yang sulit untuk ku katakan. Maafkan aku. Aku menyayangimu. (Yang ini dapat kau percaya).

Selasa, Desember 25, 2012

Dark Christmas


Malam ini kelam,
Teramat Pekat untuk memaknainya sebagai sebuah hari  luar biasa.
Hati, kemana hati yang seharusnya suci, tulus seperti hatiNya yang rela berkorban.
Di mana sukacita malam ini,
Saat semua orang memilih untuk tidur
Atau memilih untuk menuntup pintu rumahnya manakala Ia mengetuk..

Natal?
Aku tak bisa memaknainya dengan sebuah sukacita
Semua dingain, kelem. Pekat.

Aku pergi. Masih tak bisa!

Enam hari lagi menuju 2013
Kau tahu,
masih ada perdebatan sengit dalam pikiranku.
Tentang aku yang harus menuggu atau aku yang harus berhenti.

Kau tahu., ah tak mungkin
Hari ini ku harap Dia sekehendak denganku
Melembutkan hatinya untuk mau mengucapkan selamat natal.

Tapi menanti sebuah ucapan natal darinya ibaratkan menuggu sebuah kejutan sinterklas yang hanya ada pada hayalan anak kecil.
Entah mengapa,
aku masih berharap, semua mimpi ini menjelma nyata.

Bertemu,
Bertemu,
Bertemu,

Sudah lama sekali harap ini terpendam
ingin sekali,
sekali saja ada tatap dan sapa antara kita.

Tapi, semakin lama, harapku menciut seiring bergulingnya hari.
Masihkah aku harus bersabar,
Berharap,
atau, ini mimpi.

Pergi.. Haruskah?
Ingin ku lakukan. Hanya saja, masih tak bisa :(

curcol

Malam semakin menua.
30 menit lagi menuju 26 Desember.
Aku duduk di ruang tamu rumahku sambil mendengar keluhan Ayahku tentang sanak saudara yang sedang bermasalah.
Di kursi panjang, Ibuku sedang membaringkan badannya melepas lelah seharian penuh memenuhi undangan acara lepas sidi dan baptisan kudus.
Di sebelah kananku, adikku Reynold sedang mengutak atik hpnya..

Ah, suasana asing bagiku di malam natal ini. Seakan semua beban di taruh di pundakku ini.
Sebenarnya apa yang mereka pikirkan, apakah beban berumah tangga memang cukup berat hingga mereka seperti terbebani..

Senin, Desember 24, 2012

Christmas This Night

Ada yg berbeda di malam natal kali ini.
Asing tanpa kakak dan abang ku.
Dan asing dengan pohon natal baru dan cat baru rumah kami. hahaha

Selamat natal teman-teman :))

Minggu, Desember 23, 2012

Dari Jauh

Mungkin terlalu bodoh
di permainkan perasaan dan membuatku utnduk pada hati
sementara aku lagi-lagi terhempas

Kamis, Desember 20, 2012

Pulang


Masih enggan untuk melangkahkan kaki..
Seperti ada tertahan,
yang membuatku tak ingin pergi,,
Sejujurnya,
aku berharap kita bertemu di sini..
walau selogika,
kita bisa bertemu di sana.

Tapi, aku takut, kau tak mau menemuiku..
bukan kah itu bukti usainya semua perjalanan jika kau tak menemuiku?
Lalu, mengapa aku bertahan?

Karna aku tak bisa.

Aku menunggu


Menyeka setiap rindu yang  kian menumpuk
Menjelma menjadi segumpal asa yang membuat ku bertahan
Kian hari, 

Menunggu senja menggulung hari 
Menyaksikan jam  bersenggama dengan angka yang sama lagi
atau melihat  camar kembali berteduh 
selepas lelah menari  di angkasa
Aku kokoh tak berubah

Aku  menunggu...

Kosong

Hanya ada keheningan malam ini
Tak ada langit dengan ribuan bintangnya
Mungkin sudah lelah bermain di angkasa
Atau sedang sembunyi
Kemana?

serupa langit hitam tanpa hiasan
tak ada yang rupawan malam ini
Semuanya terlalu hitam
tak ada yang ingin meriangkan hati dengan nada-nada indah
hanya senyap. sunyi

Malam ini terlalu kosong.

Selasa, Desember 18, 2012

Hanya ingin jujur

ada rindu yang menyesak
saat ku tahu kedatanganmu tinggal menghitung hari
Hanya masih dengan keraguan
ap pantas semua ku pertanyakan 
setelah sekian lama?


Sabtu, Desember 15, 2012

Aku

Entahlah
Bertemu denganmu menjadi hal yang harus ku lakukan. secepatnya jika boleh.
untuk menuntaskan rasa..... Kemudian berjalan kembali. Merajut asa

Minggu, Desember 09, 2012

Siapa aku?

terlintas dibenak ku untuk segera berlalu
Harapan ku terkadang kandas  bila mengingat apa yang saat ini ada di depan mataku
Aku merasa terkekang dan tidak menemukan diriku yang yang sesungguhnya..

Aku mengasihi mereka? Bagiku tak mudah untuk memahami pribadi seseorang dan mempercayainya.
dan aku merasa sedang bermuka dua
dan itu mengerikan,.

Memilih Untuk Diam?

Tepat tiga tahun, rasa itu masih utuh ku genggam. 
Menjadikanmu satu-satunya  yang tak bisa ku hapuskan 
membuatku bimbang dan bodoh.
Gilanya aku tak bisa bangkit dari kebodohan
yang selama ini memenjarakanku pada satu-satunya nama. Kamu!

Desember 2009 - Desember 2012. 
Aku pernah berpikir untuk melupa,
hanya saja aku selalu menunda
Menunggu dan menunggu mu
menjadi satu-satunya hal yang ingin ku lakukan.

Pernah ingin ku tanyakan:
"Apakah kau mencintaiku?"
Tapi, rasanya pertanyaan itu cukup tinngi untuk ku lontarkan
Karna aku wanita.

Aku hanya bisa mematuk ragu
Mungkinkah cuma aku yang merasakan debaran ini?
Tapi bahasa tubuhmu bercerita 
bahwa kau mencintai aku.


Atau hanya aku yang salah menangkap
Sinyal-sinyal itu hanya sebuah persahabatan..

Kebersamaan ini membuatku bimbang
Menjauh dan melupa 
atau tetap bersamamu 
tanpa tahu hubungan apa yang ku jalani saat ini.

"Apakah kau mencintaiku? atau selama tiga tahun ini, 
apakah kau pernah mencintaiku, sekalli saja?"


Senin, Desember 03, 2012

rasa Syukur

Pukul 22.15 wib sudah cukup larut untuk mengusik ketenanganku di kamar. Seorang adik stambuk datang ke kos ku untuk menanyakan tugas. Awalnya sedikit terganggu. Namun begitu terkesima melihat seorang teman yag ia bawa.
"Hai kak. Nama ku Saihotan" Sapanya ramah. Saihotan bertubuh kecil. Tak sampai sepinggang ku. Aku sedikit kaget melihat kondisinya. Dan juga salut untuk kepercayaan dirinya yg begitu besar.
"jurusan apa dek?" tanya ku .
"JURUSAN sENi kak" katanya. "aku tak pintar bermain musik. Hanya suaraku cukup bagus" ulangnya lagi.

wah. lagi-lagi aku terkesima. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan. Dan dia telah menyadarkan aku untuk semakin bersyukur dalam hidupku. :)

 
A Walk to Remember Blogger Template by Ipietoon Blogger Template