Jumat, Desember 09, 2016

Jangan memandang rendah.
Karena cara pandang terhadap seseorang yang menentukan bagaimana sikapmu pada orang itu.

Selasa, Desember 06, 2016

Self reminder

Berbicara sedikit.
Banyak bertindak.
Kurasa kau butuh supaya suaramu atau bahkan mulutmu lebih dirapatkan sedikit Ib.
#Tarutung,061212

Senin, Desember 05, 2016

Merelakan

Kalau disuruh memilih antara mimpi atau pengabdian,
Mana yang lebih layak dipilih?

Mimpi yang terus hadir kah, atau kah sesuatu yang membuat orang lain bahagia?

Hari ini aku dipaksa rela untuk sebuAh keputusan yang entah akan kusyukuri kelak atau tidak.

Mantapkan hatimu ib! Your parent need you more. Ingat itu!

#goodbye BRI
#Tarutung, 05122016

Jumat, Desember 02, 2016

Tidak ada tempat untuk lari,
Karena itu aku memilih menghadapinya.
Sampai dimana kaki ini kuat,
Sampai dimana badan ini tetap tegap,
Sampai terbiasa.
Biarlah,
Hingga lupa, rasa sakit itu bagaimana.

#Tarutung, 02022016

Jumat, November 25, 2016

Mamak

Hari ini penyakit itu menggerogoti mamak lagi. Entah sakit apa itu ya Mak. Sudah hampir empat tahun.
Ah, mak. Perjuanganmu itu sungguh Sungguh luar biasa.
Kalau memang sakitmu masih bisa ditahan, maka  sebisa mungkin mamak akan menyediakan sarapan, dan dengan tidak tahu dirinya aku bahkan malas untuk membantu.
Sore hari mamak akan menemani bapak di belakang. Duduk-duduk di "tataring" untuk menghangatkan badan. Semua Mak. Semua mamak kerjakan.

Mungkin mengeluhkan sakit akan menjadi kepuasan hati Mak. Untuk melepas penat. Tapi justru kami menghakimi dan mengatakan mamak tidak bersabar. Maaf ya Mak. Harusnya kami menguatkan mamak. Tapi kami sibuk menguatkan hati kami. Karna melihatmu kesakitan juga membuat kami lemah, hingga lupa, bagian kami seharusnya harus menghibur, menguatkan.

Mamakku yang hebat. Meski sakit itu terus bersarang, meski sedang dilanda sakit kepala yang hebat, mamak tetap menjadi wanita yang lembut. Tetap lembut menyapa.
"Mak, yang sabar kita ya" cuma kalimat itu yang bisa kubilang. Tapi mamak dengan lembut menjawab "olo inang"
Andai itu aku, mungkin aku akan melampiaskan kekesalanku atas derita panjang yang kualami.
Mungkin aku akan marah terhadap orang yang memperhatikan.
Namun mamak memang wanita yang dianugerahi hati malaikat. 4 tahun bukan waktu yang singkat untuk tetap bersabar. Katamu demi kami, demi melihat kami tumbuh dewasa, bahkan beranak cucu, tidak masalah semua itu kau lalui.
Ah mak, andai aku memiliki sepersepuluh dari hati lembutmu.  Sepersepuluh dari kesabaranmu.

Ah mamak hasian. Sembuh lah ya Mak. Sehat lah ya.

Selasa, November 22, 2016

Bergejolak

Aku harus membuat diriku pintar.
Setidaknya aku punya banyak materi obrolan yang membuatku tidak kaku.
Setidaknya aku punya cukup banyak pengetahuan umum yang membuat diriku bisa diajak berbicara.

Mungkin selama ini aku terlalu sibuk dengan duniaku yang entahlah.
Politik, pengetahuan umum, masalah ini-itu, banyak yang terdengar sepele namun sama sekali tidak kuketahui.
Topik apapun serasa aku tidak tahu.

Dunia itu bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan, tapi lebih jauh dari itu.
Kau butuh wawasan yang luas untuk berbicara dengan berbagai tipe manusia.
Butuh skill untuk berdialog dan membuat sekitarmu nyaman.

Itu poin penting. Bagaimana kau menjadi seseorang yang dirindukan. Seseorang yang berpengaruh. Seseorang yang dianggap ada.

Nah, berapa persen point-point yang kusebutkan tadi ada padamu Ib?
I thing nothing

Entah apa dunia yang kau sibukkan selama 4 tahun perkuliahanmu. Masa dimana kau harusnya banyak belajar tentang kehidupan.
Bukan berfokus pada diktat dan laporan-laporan perkuliahan yang ternyata hanya menyumbang 5% dari aplikasi kehidupanmu kini.

Atau, kau sedang salah jalur, Ib.  Kau sedang berada di jalur yang salah dari seharusnya. Sehingga sekarang kau harus memulai dari titik nol.
Atau kau sedang berada bersama orang-orang yang salah.

Yaampun . Seharusnya kau sudah dewasa dan bijak menyikapi kehidupanmu sendiri Ib. Bukankah penentunya kau?
Ya, kusebut lagi. Kau yang menjadi penentunya.
Lantas mengapa masih tidak bisa mengambil keputusan? 

Rabu, November 16, 2016

Aku

Mengetahui tujuan. Itu yang paling penting. Pada batas usia yang sebentar lagi masuk kategori "tidak bisa memilih lagi".

Lalu aku terbentur antara 2 pilihan yang bisa kusebut entah. Abu-abu.
Sama warna diluar terlihat. Tapi aku tak yakin apakah terbuat dari kualitas yang sama atau mAnakah yang lebih baik

Saat ini sedang diharuskan memilih. Tanpa bisa kembali ke posisi awal,  jika salah.

Kau tahu peluang? Yah, saat ini aku sedang berada di meja judi. Dengan persentase kemenangan tipis. Mundur berarti kalah. Maju berarti aku siap untuk segala kemungkinan.

Tujuan. Aku tidak tahu bagian penting ini!

Sabtu, Oktober 15, 2016

Sadness

Ini masih terlalu pagi untuk membuka mata.
Namun dia sudah berdiri mengintip dari jendela.
Apa yang dia pikirkan?
Dalam Hati aku iba.

3 tahun lebih penyakit itu menggerogotinya.
Dulu dia wanita yang ceria, Ligat dan berseri. Sekarang ia jauh lebih tua dari seharusnya.

"Mak, duduklah,"kataku pelan serta mengajaknya duduk di kursi panjang lusuh berwarna ungu. Kursi yang menjadi posisi rebutan kalau hendak menonton tv.

Perlahan dia bergeser menuju kursi.
Ku elus rambut keriting mamak yang kusut. Sangat jarang disisir karena sakit  tumor otak yang menggerogoti kepalanya membuat rambutnya akan rontok dan terasa sakit bila disisir.

"Dimana yang sakit mak?" Tanyaku.
Air mata mulai menggenang.

"Berapa lama lagi seperti ini?" Rintihnya sambil memegangi kepalanya. Saat penyakitnya kambuh, maka mamak akan mengalami sakit kepala yang sangat hebat.

Aku terdiam. Ku elus lagi rambut mamak mencoba menenangkannya.  "Harusnya kemarin kepalaku ini dibelah saja."
Ia mulai terisak. "Kalau dari dulu dibelah (operasi) mungkin aku enggak sakit berkepanjangan.Sudah selesai dari dulu." 
Lagi-lagi aku diam. 3 tahun lalu kami sekeluarga dihadapkan pada pilihan yang sulit. Memutuskan untuk menyerahkan mamak ke meja operasi dengan kemungkinan selamat hanya 5% atau membawa mamak pulang dengan mencari pengobatan alternatif. Entahlah. Tapi kami akhirnya membawa MamAk pulang.

Egoiskah kami? Hari ini aku berpikir berkali-kali untuk ini semua.
Kalau dulu dioperasi, mungkin sama saja itu dengan mengakhiri hidup mamak.
Tapi, apakah dengan mencegah itu semua kami membuat mamak menderita dengan menanggung sakit selama 3 tahun ini?

"Sabar kita mak." Kataku pelan sambil menahan air mataku. Aku tidak sanggup berbicara apapun jika sudah menghadapi kondisi ini.

Hatiku getir. Setiap melihat mamak kesakitan, hatiku seperti dicabik. Aku merasa bersalah.

Tuhan aku tidak siap untuk perpisahan. Aku tidak siap kehilangan, dan tidak akan mau untuk menyiapkan diri.

Kupeluk mamak. Kupeluk erat.
Andai saja ya mak bisa berganti. Mungkin tidak ada yang akan kehilangan kalau aku yang pergi.

Kuat kita ya mak. Wanita berhati malaikat seperti mamak pasti akan mendapatkan kepulihan mak..

Minggu, September 18, 2016

Mengganti.

Hari ini aku kehilangan sesuatu. Berharga! Menurutku iya karena aku mengumpulkan gajiku, sedikit demi sedikit untuk membelinya. Benda yang sudah kuinginkan sejak kuliah. 4 tahun silam. Benda yang kupinjam dari tetangga kamar kos ku saat mau mengikuti interview di beberapa perusahaan karena tidak mampu membeli. Benda yang sudah lama kuinginkan. Setelah mendamba selama 6 tahun.  Akhirnya bisa ku beli setelah memastikan bahwa itu adalah diskon tertinggi sampai kapanpun. Akhirnya ku beli setelah didiskon 50% dari katalog dan didiskon 23% persen dari yang empunya katalog. Masih tetap saja mahal. Baru dipakai beberapa kali untuk acara-acara penting. Belum tergores dan masih baru.

Dan hilang. Raib ditangan seorang saudara. Yang entahlah. Mengaku seorang Saudara.

Bodohnya hatiku tercabik. Hatiku yang bodoh ini meratapinya. Betapa bodoh aku menangisinya.

meraung melihAt betapa aku menginginKAn hal itu dan lenyap begitu saja.
Meratapi seorang yang mengaku nya keluarga tapi tidak menunjukkan tindakan sebagai keluarga.
Meratapi banyak orng mengatakan akan menggAnti.
Betapa mudahnya mengatakAn akan menggAnti. Sementara aku sampai berbulan bulAn menabung untuk itu. Dan mereka dengan mudahnya mengatakan"akan diganti dengan yang baru"
Mudah sekali berkata seperti itu tanpa memikirkAn perasaanku yang tercabik. Usahaku berbulan bulAn. Jerih payahku.

Yaampun
Ternyata aku miskin sekali.

Selasa, Agustus 09, 2016

Sepertinya aku jatuh cinta lagi.
Perasaan menggebu-gebu itu seperti perasaan orang yang menyukai untuk pertama sekali.
Dalam sehari mungkin aku bisa melihat foto-foto atau video konyol itu berulAng
Lalu tersenyum tak jelas.

Itu menyebalkan. Karena akan membuatku semakin sulit menahan rindu.
Apa kabar Indra? HaHHaha

Rabu, Juli 06, 2016

Ketidakpastian

Aku melambungkan anganku jauh ke depan. Menembus hari, bulan bahkan tahun. Mengoyak waktu. Mencoba melihat seperti apa aku kelak. Bersama siapa aku kemudian.

Kubayangkan, aku sedang bersamamu. Kamu yang mengisi hari-hariku kini. Berjalan beriringan juga bergandengan.
Tertawa sambil menonton acara kesukaan kita. Suasana hangat.

Kubayangkan, aku sedang memasak untukmu, sarapan bersama lalu berangkat kerja

Kubayangkan kedepannya baik, baik, dan selalu baik. Semua baik. Tidak ada air mata.

Sungguh tidak punya gambaran bersama siapa aku kelak selain kamu.

Andai, waktu memang begitu kelak. Alangkah baiknya cerita itu

Akan tetapi aku dan kamu tidak bisa menampik kenyataan bahwa manusia hanya bisa berencana.
Bagaimana jika kenyataannya tidak seperti itu. Bagaimana jika bukan kamu.
Mungkin bukan berarti tidak bahagia. Hanya saja, yaampun, aku sendiri saja tidak bisa membayangkan.

Manusia hidup pada ketidakpastian. Berangan-angan namun sesungguhnya tidak bisa menentukAn

Kita hidup pada ketidakpastian.
Maaf terlalu memaksakan kehendak. Semoga kamu dan mimpi kebahagiaan bersamamu itu menjadi milikku.  Jika tidak, Semoga kamu dan aku berbahagia. Jauh lebih berbahagia ketika kita bersama

Maaf menulis ini. Aku hanya takut jika tidak bersama. Saranghae ab iin.

Kamis, Mei 26, 2016

Kamu

Aku belajar banyak tentang penerimaan dari mu. Mulai dari bagaimana menerima seseorang yang tidak sepihak, seseorang yang melukai berkali-kali, belajar bagaimana bangun ketika jatuh.
Darimu,  ilmu ikhlas bertahun-tahun kukenal, meski aku tak kunjung pasih untuk mengaplikasikannya.
Meski aku yang justru cenderung mungkin yang berpotensi melukai.

Darimu,  Aku belajar menerima diri sendiri. Mulai dari gigi-- yang berdinamika--yang kamu terima dengan lapang dada, penyakit-penyakit yang bermunculan satu persatu  hingga keanehan-keanehan lain yang sulit untuk dikisahkan secara teori. Aku belajar untuk menerima kekuranganku . Belajar untuk lebih percaya diri hingga mampu berjalan tegap, menatap lurus, tidak lagi menunduk seperti mencari-cari sesuatu yang hilang dijalanan.

Bercerita padamu tentang apa saja itu bagiku penting, dan kamu selalu menjadi pendengar yang baik, penyimak yang baik.

Sayang, Terima kasih. Terima kasih sudah selalu ada untukku dalam tawaku, dalam air mataku. Terima kasih sudah menjadi suporter yang baik.
Sehat selalu untukku ya. Maaf telah egois mendoakan bahwa tidak ada wanita lain yang sadar akan semua karakter hangatmu. Maaf mendoakan tidak boleh ada wanita lain yang tahu akan semua daya tarikmu.
Kuharap aku. Yang menjadi pengisi ceritamu  hingga pada akhirnya.
Teramat Sungguh mengasihimu.

Kamis, Mei 19, 2016

Bandung-Jakarta

Hari ini aku menyaksikan kerlipan ribuan lampu lagi. Kerlipan yg menemani perjalananku dari Bandung-Jakarta.
Sebenarnya ini seperti mimpi.
Baru saja kemarin aku masih tidur di kasurku sendiri di kampung. Hari ini aku menginjak sebuah tempat yang tidak terlintas divenakku untuk ku jalani dalam jangka waktu sedekat ini. Atau, katakanlah, untuk tahun ini, aku sama sekali tidak berangan-angan berkunjung kemari.

Bagi sebagian orang atau kebanyakan orang, mungkin ini terlihat kampungan. Bahkan orang lain pun akan menertawakannya.
Tapi bagiku ini istimewa. Karena latar belakang pekerjaan, atau perekonomianku yg tidak mumpuni tidak menjanjikan untuk aku menginjak tempat ini.

Mungkin bagi sebagian orang ini hanyalah cerita kampungan. Yang jika kuceritakan membuat orang melihatku kuno.

Makanya aku simpan cerita menakjubkanku ini di sini. Betapa kagumnya aku. Betapa bangganya aku. Betapa bahagianya aku pernah kemari.

Oh, ayolah.  Mungkin bagimu ini hanyalah sebuah pengalaman seseorng kampungan yang pertama sekali naik pesawat. Atau pengalaman seseorang yang kampungan pernah ke Jakarta.

Tapi entahlah. Aku cukup bahagia untuk mimpi kecilku yang terwujud.

Dear, yg terlintas hanya kapan kita bisa menikmati kerlipan ini bersama. Sayang kamu. Sungguh.

Rabu, April 20, 2016

Kata-kata yang terpenjara

Ini kali kesekian memelas,
Mata, mulut, bahkan kakinya terpasung.
Terikat pada kawat-kawat semu.
Tidak ada yang tersampaikan. Meski ingin sekali.

Rasanya sudah terlalu lama tidak berbicara.
Hingga sendi-sendi kaku dan mulut pun gagu.
Seharusnya tahu, hari ini aku akan mengatakan ini. Dan esok akan mengatakan itu.
Tapi kembali, mata, mulut, bahkan kakinya terpasung,
Pada kawat-kawat semu.

Tanyakan saja padanya.
Kenapa terlalu banyak kata yang terpenjara.
Ya, tanyakan pada hati.  Bukan padaku.

Senin, Maret 21, 2016

Tentang 19 Maret 2016

Belajar menyadari,  Kalau ternyata, orang yang spesial itu tanpa harus mencantumkan tanggal ulang tahunnya di media sosial, orang-orang yang menganggapnya spesial akan mengingatnya.

Tanpa harus berkata apa-apa, orang lain akan mendoakan

Orang yang spesial itu, tanpa menuntut, akan menerima.

Ternyata aku tidak sespesial yang kubayangkan.
Selamat ulang tahun untukku ya.

Gereja yang sunyi

Pernah merasa sunyi ditengah-tengah keramaian yang begiyu menyesak?

Pagi yang (seharusnya) membahagiakan saat melihat satu  keluarga duduk berdampingan di bangku gereja.

Pasti rasanya akan damai sekali bersekutu dengan orang-orang yang kita kasihi. Saling mendoakan, bernyanyi bersama dan bergandengan tangan.

Betapa hangat suasana pagi ini di sini, seharusnya itu yang aku ucapkan. Ibuku sayang, lekas sembuh ya. Aku sendiri di bangku gereja yang panjang ini.

Rabu, Maret 16, 2016

Nanti

Nanti,
Kau akan mengerti,
Banyak hal yang tidak perlu diusik dalam hidup ini,
Sebaliknya, banyak hal pula yg perlu harus kau tahu.

Seiring waktu berjalan. Kau akan belajar, tentang hal yg kita bahas hari ini adalah sekelumit masalah kecil yang bisa saja menjadi pembuka ceritamu kelak, atau bahkan, menjadi sekedar lewat saja dalam kisahmu.

Belajarlah melewati semua hal dengan baik adik. Aku tahu, kau akan jauh lebih paham kelak,
Ingat, tidak semua nya harus kau ketahui dalam sekali waktu.
Seiring waktu berjalan, maka semuanya adalah pembelajaran.
Bersemangatlah, bersiaplah.
Waktu sudah menunggumu untuk berbagi kisah.
Tuhan menyertai langkah kaki mu Ira.

#Tarutung, 16 Februari 2016

Senin, Maret 14, 2016

Bertemu kembali

Sangkaku, aku tidak bisa lagi bersua.
Telah lama pergi, bukan berarti tidak ingin kembAli.
Ada masa di mana aku ingin pulang.
Walau hanya sekedar mengingat,
Karena kamu, separuh dari perjalananku yang dapat kuurai.

#selamat bertemu kembali blog Ku

 
A Walk to Remember Blogger Template by Ipietoon Blogger Template