Jumat, November 25, 2016

Mamak

Hari ini penyakit itu menggerogoti mamak lagi. Entah sakit apa itu ya Mak. Sudah hampir empat tahun.
Ah, mak. Perjuanganmu itu sungguh Sungguh luar biasa.
Kalau memang sakitmu masih bisa ditahan, maka  sebisa mungkin mamak akan menyediakan sarapan, dan dengan tidak tahu dirinya aku bahkan malas untuk membantu.
Sore hari mamak akan menemani bapak di belakang. Duduk-duduk di "tataring" untuk menghangatkan badan. Semua Mak. Semua mamak kerjakan.

Mungkin mengeluhkan sakit akan menjadi kepuasan hati Mak. Untuk melepas penat. Tapi justru kami menghakimi dan mengatakan mamak tidak bersabar. Maaf ya Mak. Harusnya kami menguatkan mamak. Tapi kami sibuk menguatkan hati kami. Karna melihatmu kesakitan juga membuat kami lemah, hingga lupa, bagian kami seharusnya harus menghibur, menguatkan.

Mamakku yang hebat. Meski sakit itu terus bersarang, meski sedang dilanda sakit kepala yang hebat, mamak tetap menjadi wanita yang lembut. Tetap lembut menyapa.
"Mak, yang sabar kita ya" cuma kalimat itu yang bisa kubilang. Tapi mamak dengan lembut menjawab "olo inang"
Andai itu aku, mungkin aku akan melampiaskan kekesalanku atas derita panjang yang kualami.
Mungkin aku akan marah terhadap orang yang memperhatikan.
Namun mamak memang wanita yang dianugerahi hati malaikat. 4 tahun bukan waktu yang singkat untuk tetap bersabar. Katamu demi kami, demi melihat kami tumbuh dewasa, bahkan beranak cucu, tidak masalah semua itu kau lalui.
Ah mak, andai aku memiliki sepersepuluh dari hati lembutmu.  Sepersepuluh dari kesabaranmu.

Ah mamak hasian. Sembuh lah ya Mak. Sehat lah ya.

0 comments:

Posting Komentar

 
A Walk to Remember Blogger Template by Ipietoon Blogger Template