Kamis, Mei 26, 2016

Kamu

Aku belajar banyak tentang penerimaan dari mu. Mulai dari bagaimana menerima seseorang yang tidak sepihak, seseorang yang melukai berkali-kali, belajar bagaimana bangun ketika jatuh.
Darimu,  ilmu ikhlas bertahun-tahun kukenal, meski aku tak kunjung pasih untuk mengaplikasikannya.
Meski aku yang justru cenderung mungkin yang berpotensi melukai.

Darimu,  Aku belajar menerima diri sendiri. Mulai dari gigi-- yang berdinamika--yang kamu terima dengan lapang dada, penyakit-penyakit yang bermunculan satu persatu  hingga keanehan-keanehan lain yang sulit untuk dikisahkan secara teori. Aku belajar untuk menerima kekuranganku . Belajar untuk lebih percaya diri hingga mampu berjalan tegap, menatap lurus, tidak lagi menunduk seperti mencari-cari sesuatu yang hilang dijalanan.

Bercerita padamu tentang apa saja itu bagiku penting, dan kamu selalu menjadi pendengar yang baik, penyimak yang baik.

Sayang, Terima kasih. Terima kasih sudah selalu ada untukku dalam tawaku, dalam air mataku. Terima kasih sudah menjadi suporter yang baik.
Sehat selalu untukku ya. Maaf telah egois mendoakan bahwa tidak ada wanita lain yang sadar akan semua karakter hangatmu. Maaf mendoakan tidak boleh ada wanita lain yang tahu akan semua daya tarikmu.
Kuharap aku. Yang menjadi pengisi ceritamu  hingga pada akhirnya.
Teramat Sungguh mengasihimu.

Kamis, Mei 19, 2016

Bandung-Jakarta

Hari ini aku menyaksikan kerlipan ribuan lampu lagi. Kerlipan yg menemani perjalananku dari Bandung-Jakarta.
Sebenarnya ini seperti mimpi.
Baru saja kemarin aku masih tidur di kasurku sendiri di kampung. Hari ini aku menginjak sebuah tempat yang tidak terlintas divenakku untuk ku jalani dalam jangka waktu sedekat ini. Atau, katakanlah, untuk tahun ini, aku sama sekali tidak berangan-angan berkunjung kemari.

Bagi sebagian orang atau kebanyakan orang, mungkin ini terlihat kampungan. Bahkan orang lain pun akan menertawakannya.
Tapi bagiku ini istimewa. Karena latar belakang pekerjaan, atau perekonomianku yg tidak mumpuni tidak menjanjikan untuk aku menginjak tempat ini.

Mungkin bagi sebagian orang ini hanyalah cerita kampungan. Yang jika kuceritakan membuat orang melihatku kuno.

Makanya aku simpan cerita menakjubkanku ini di sini. Betapa kagumnya aku. Betapa bangganya aku. Betapa bahagianya aku pernah kemari.

Oh, ayolah.  Mungkin bagimu ini hanyalah sebuah pengalaman seseorng kampungan yang pertama sekali naik pesawat. Atau pengalaman seseorang yang kampungan pernah ke Jakarta.

Tapi entahlah. Aku cukup bahagia untuk mimpi kecilku yang terwujud.

Dear, yg terlintas hanya kapan kita bisa menikmati kerlipan ini bersama. Sayang kamu. Sungguh.

 
A Walk to Remember Blogger Template by Ipietoon Blogger Template